red_roodee

Monday, June 12, 2006

Perkemahan Lintas Agama Tingkat Kalimantan Barat

Catatan Kegiatan
--------------------------
Perkemahan Pemuda, Mahasiswa dan LSM Lintas Agama Tingkat Kalimantan Barat

Kita memang beda, tetapi bukan untuk dibeda-bedakan. Oh...alangkah indahnya persaudaraan dan persahabatan,…Indahnya hidup bergandengan tangan, berdampingan dalam kedamaian.

Banyak kata dan kalimat nan indah terungkap, menggambarkan betapa perbedaan bukanlah halangan untuk kita menjadi saudara, menjalin tali kasih dan persahabatan, bekerjasama membangun kehidupan yang penuh harmoni, perdamaian dan kesejahteraan. Perbedaan adalah sesuatu yang lumrah dan tak bisa disangkal, cukup sudah selama ini karena perbedaan kita dikotak-kotak-kan, saling curiga dan hidup didalam prejudice yang terkadang berakhir dengan saling bermusuhan, padahal kita adalah sesama anak manusia yang merindukan indahnya hidup berdampingan.
Memang benar perbedaan bisa menimbulkan friksi dan pertentangan yang bisa berujung konflik jika kita tak waspada dan dewasa dengan perbedaan yang ada, tapi sesungguhnya perbedaan akan lebih bermakna dan menjadi berkah bagi kita untuk hidup berdampingan. Karena Tuhan memang menciptakan kita berbeda, berbeda --bukan untuk diseragamkan-- tapi berbeda untuk saling dihormati dan saling menghargai antar sesama makhluk Tuhan yang merindukan kedamaian. Berbeda itu indah, kedamaian itu indah, sehingga damai di hati, damai di bumi, damai untuk semesta dan damai untuk semua.
Dalam rangka menjalinkan tali kasih kerukunan antar ummat beragama, Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Departemen Agama RI melimpahkan amanah kepada Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Kalimantan Barat untuk mengadakan program kegiatan Perkemahan Pemuda, Mahasiswa dan LSM Lintas Agama Tingkat Kalimantan Barat di areal SMUN 8 Jalan Ampera Kotabaru Pontianak. Kegiatan yang untuk pertama kalinya dilaksanakan di Kalbar ini dihadiri 78 orang peserta dari 100 peserta yang di undang. Para peserta berasal unsur Ormas dan OKP yang mewakili 6 agama. Yah…enam agama, karena selain melibatkan unsur agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha, pada perkemahan ini untuk pertama kalinya di Kalbar bahkan di Indonesia melibatkan pula unsur agama Khonghucu, seperti yang dipaparkan oleh Drs. Rasmi Sattar, Kakanwil Depag Provinsi Kalbar. Khusus untuk ummat Khonghucu, hal ini menjadi kehormatan, karena meski telah ada undang-undang yang mengatur tentang keabsahan agama Khonghucu, namun selama ini Depag sebagai aparatur pemerintahan belum bisa melakukan pembinaan dan melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan keagamaan dikarenakan undang-undang tersebut di judicial review. Namun, pada tahun 2006 ini, ummat Khonghucu mendapat kado yang istimewa, karena Mahkamah Konstitusi telah kembali menguatkan undang-undang yang mengakui eksistensi agama Khonghucu tersebut. Sehingga ummat Khonghucu tidak perlu khawatir lagi akan pengakuan negara terhadap eksistensi mereka.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 05 sampai 09 Juni 2006 ini berlangsung meriah, di tandai dengan antusiasme peserta dalam mengikutinya. Dengan background agama yang berbeda, mereka (para peserta) berkumpul bersama mengikuti segala kegiatan perkemahan dalam kerangka mempererat kerukunan antar umat beragama, meski harus tidur didalam tenda beralaskan terpal, namun pembauran yang diupayakan antar pemuda-mahasiswa ini tampak akrab terjalin.
Acara yang dibuka secara resmi oleh Kakanwil Depag Provinsi Kalbar, dalam sambutannya menandaskan harapan agar perkemahan dapat membina para generasi muda lintas agama, selain dapat memahami ajaran agamanya masing-masing dengan benar, meningkatkan implementasinya secara konsisten untuk membentuk moralitas-integritas yang luhur bagi pemuda dan mahasiswa, juga agar mampu membawa perubahan atau rekayasa sosial bagi perdamaian dan kerukunan antar sesama, sehingga menjadi tauladan sosial bagi kerukunan antar ummat beragama.
Perkemahan ini merupakan salah satu metode yang ditempuh sebagai upaya memberikan wawasan terhadap generasi muda lintas agama tentang makna-kesadaran multikulturalisme, pluralisme, toleransi dan kesetaraan dalam perbedaan sehingga para peserta dapat mentransformasikan pada lingkungan sosialnya, dapat mewujudkan sebuah masyarakat yang rukun, berdampingan dengan damai. Karena bagaimanapun para generasi muda mempunyai peran strategis ditengah masyarakat mengingat potensi progressifitas dan idealisme yang dimilikinya terutama bagi penanaman nilai-nilai tersebut dalam masyarakat.
Selama mengikuti perkemahan peserta diberikan materi seperti pendidikan multikultural, pluralisme dalam perspektif agama-agama, sosialisasi peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Kerukunan Ummat beragama dan Pendirian tempat Ibadah, Mengurai Konflik perspektif Lingkungan Keamanan dan Teritorial, Trauma Healing, dan berbagai kegiatan lapangan atau out-bond yang diharapkan dapat meningkatkan dan membina kemampuan-potensi peserta dan tentunya dapat diapresiasikan dan di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Para pemateri yang hadir untuk mempresentasikanpun cukup memadai seperti Drs. Abdul Fattah (Kepala Pusat PKUB Depag RI), Dra. Zahrotun Nihayah, M.Psi (Dosen Psikologi UIN Ciputat-Jakarta), Drs. Haitami Salim, M.Ag (Ketua STAIN Pontianak), Perwakilan Pem-Prov Kalbar, Perwakilan Polda Kalbar, Perwakilan Korem ABW dan lainnya. Selain itu para instrukturpun dengan siap sedia memberikan games-games atraktif sehingga para peserta cukup merasa enjoy didalam perkemahan.
Dalam dialog-dialog yang terbangun pada perkemahan ini, terungkaplah bahwa dengan menumbuhkan semangat multikulturalisme, generasi muda diharapkan dapat membina diri dan masyarakatnya untuk hidup saling menghormati, menghargai, toleran dan demokratis. Dengan multikulturalisme, kita harus menyadari bahwa kita hidup tidak sendiri, memerlukan orang lain, melakukan interaksi sosial dan untuk itu maka perdamaian harus menjadi acuannya. Karena pada dasarnya, substansi semua agama mengajarkan perdamaian dan cinta kasih bukan kekerasan yang dapat menimbulkan radikalisme dan primordialisme sempit. Bahwa Multikulturalisme adalah, selain kita mengakui adanya perbedaan tapi juga bagaimana kita mampu meletakkan perbedaan dalam kesederajatan, pada ruang publik-kehidupan.
Pendidikan multikultural menjadi amat penting untuk ditanam dan dibina sedari dini bagi generasi bangsa, hal ini bermanfaat untuk melahirkan generasi-generasi cinta damai, generasi-generasi yang menggunakan nalar rasional, dialogis-komunikatif, generasi-generasi yang toleran dan mampu bekerjasama tanpa terpasung dengan prejudice dan stereotype yang primordialis, generasi-generasi yang sepenuhnya sadar bahwa mereka meski berbeda tapi harus saling menghormati dan menghargai dalam kesetaraan itu. Bukan generasi-generasi yang mengibarkan panji-panji kekerasan dan radikalisme sebagai jalan penyelesaian atau generasi-generasi yang selalu mem-kotak-kan dirinya antara kelompok kami (our) dan kalian (them).
Selain itu, sebagaimana yang terekam dalam proses dialog multi arah peserta, maka muncullah kesepahaman bahwa : apa yang telah dibina dalam forum perkemahan ini tidak lantas cukup dan berhenti pada habisnya kegiatan, namun harus dipertegas dengan selalu mengembangkan dan memberdayakan jejaring yang telah terbangun antar peserta dan ke depan kegiatan-kegiatan pertemuan dan dialog yang membincangkan tentang perdamaian-kerukunan terus dapat di inisiasi. Khusus untuk perkemahan ini, diharapkan supaya bisa dilaksanakan dalam skala yang lebih luas dengan melibatkan para peserta dari kabupaten-kota. Kemudian untuk pelaksanaan perkemahan yang sama pada tingkat nasional, harus selalu ada perwakilan dari Kalbar.
Pada hari terakhir, para peserta perkemahan juga melakukan kegiatan survivor yang diakhiri dengan Perjalanan Religi ke rumah ibadah untuk melakukan bakti sosial.
Malam penutupan acara perkemahan ditutup oleh Kabag Tata Usaha Kanwil Depag Prov. Kalbar mewakili Kakanwil Depag Prov. Kalbar dan selanjutnya di ikuti dengan acara api unggun yang dirangkai dengan pentas seni dari peserta dan untuk peserta, seperti penampilan barongsai, pembacaan pantun dan puisi, pertunjukan koor lagu di iringi musik.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada segala sesuatu yang kita lakukan yang tak meninggalkan kekurangan. Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya, perkemahan ini teramat berarti dan berharga sebagai noktah sejarah untuk membina perdamaian dan kerukunan.* (Rudy Handoko)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home